Senin, 20 Juni 2016

griyapusaka:

Keris Kyai Carubuk

Keris Kyai Carubuk adalah salah satu pusaka yang cukup melegenda pada era kerajaan majapahit. Dimana dalam legendanya dikisahkan bahwa Kanjeng Sunan Kali Jaga meminta Empu Supa Mandrangi unruk membuatkan sebilah keris. Setelah pusaka tersebut selesai kemudian Mpu Supa Mandrangi menyerahkan keris tersebut kepada Kanjeng Sunan. Begitu mengetahui wujud keris yang dihasilkan, Kanjeng Sunan Kalijaga sangat senang hatinya dan menamai keris tersebut dengan nama Keris Kyai Carubuk.

Keris Kyai Carubuk ini kemudian menjadi senjata pusaka Sultan Hadiwijaya dan pernah digunakan bahkan sanggup mengalahkan keris kyai setan kober milik Arya Penangsang yang ketika itu digunakan oleh pesuruh Arya Penangsang untuk melakukan percobaan pembunuhan kepada Sultan Hadiwijaya.  Karena utusan Arya Penangsang dapat dikalahkan, keris Kyai Setan Kober diambil oleh Sultan Hadiwjaya lalu dikembalikan sendiri oleh Sultan Hadiwijaya kepada Arya Penangsang sehingga membuat Arya Penangsang tersinggung dan marah.  Karena itulah ahirnya terjadi keributan antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya sehingga pada ahirnya dapat dihentikan oleh Kanjeng Sunan Kudus.

Dalam filosofi orang jawa Dhapur Carubuk ini mengandung makna yaitu momot bakuh pengkuh, yang artinya dimana manusia hendaknya jangan menghindari tantangan dengan memilih yang baik-baik dan menolak yang jelek. Karena dengan ada tantangan itulah yang dapat setiap manusia dapat mengasah diri menjadi pribadi yang tangguh dan kuat sehingga tidak mudah putus asa serta senantiasa berfikir positif dan optimis.


Ada rasa/minat/Jodoh :

Inbox
Griya Pusaka Jawa
SMS/Tlp : 085236028323
PIN BB. 5ECBD302

Salam Budaya





Salah satu benda pusaka di Nusantara ini yang namanya cukup menggetarkan para pecinta keris pusaka adalah Keris Kyai Singo Barong.  Sejak dahulu, keris dengan bentukan dapur Singa Jantan ini telah menjadi buruan para pemburu benda pusaka karena keris dengan dapur Singo Barong diyakini memang sangat kuat. Dapur Singa Jantan (simha) ini akan membuat sang pemilik atau pemegang keris ini memiliki karakter pemberani dan kuat bagaikan simha yang penuh kekuatan dan keberanian.  Selain itu wibawa singa juga diyakini mampu membuat pemilik atau pemegang keris ini memiliki kewibawaan dan kharisma bagaikan singa.

Ada rasa/minat/Jodoh :

Inbox
Griya Pusaka Jawa
SMS/Tlp : 085236028323


Salam Budaya.



Keris Pusaka Pulanggeni



Pulang Geni adalah merupakan pusaka dari raden Arjuna dalam cerita pewayangan. Dapur pusaka ini sangat  populer dan banyak dikenal oleh kalangan pecinta tosan aji. Pulang Geni bermakna ratus atau dupa atau juga kemenyan. Dimana artinya bahwa manusia hidup harus berusaha memiliki nama harum dengan berperilaku yang baik, suka tolong menolong dan mengisi hidupnya dengan hal-hal atau aktivitas yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus berkelakuan baik dan selalu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak, tentu namanya akan selalu dikenang walau orang tersebut sudah meninggal. Oleh karena itu, keris dapur Pulang Geni umumnya banyak dimiliki oleh para pahlawan atau pejuang.

Ada rasa/minat/Jodoh :

Inbox
Griya Pusaka Jawa
SMS/Tlp : 085236028323

Salam Budaya



Keris Pusaka Kyai Sengkelat





Keris Pusaka Kyai Sengkelat adalah keris pusaka berluk tiga belas yang diciptakan pada jaman Majapahit (1466 – 1478), yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertabhumi (Brawijaya V) karya Mpu Supa Mandagri. Mpu Supa adalah salah satu santri Sunan Ampel. Konon bahan untuk membuat Kyai Sengkelat adalah cis, sebuah besi runcing untuk menggiring onta. Konon, besi itu didapat Sunan Ampel ketika sedang bermunajat. Ketika ditanya besi itu berasal darimana, dijawab lah bahwa besi itu milik Muhammad saw. Maka diberikan lah besi itu kepada Mpu Supa untuk dibuat menjadi sebilah pedang.
Namun sang mpu merasa sayang jika besi tosan aji ini dijadikan pedang, maka dibuatlah menjadi sebilah keris luk tiga belas dan diberi nama Kyai Sengkelat. Setelah selesai, diserahkannya kepada Sunan Ampel. Sang Sunan menjadi kecewa karena tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Menurutnya, keris merupakan budaya Jawa yang berbau Hindu, seharusnya besi itu dijadikan pedang yang lebih cocok dengan budaya Arab, tempat asal agama Islam. Maka oleh Sunan Ampel disarankan agar Kyai Sengkelat diserahkan kepada Prabu Brawijaya V.
Ketika Prabu Brawijaya V menerima keris tersebut, sang Prabu menjadi sangat kagum akan kehebatan keris Kyai Sengkelat. Dan akhirnya keris tersebut menjadi salah satu piyandel (maskot) kerajaan dan diberi gelar Kangjeng Kyai Ageng Puworo dan mempunyai tempat khusus dalam gudang pusaka keraton.
Ada banyak cerita dan legenda tentang pusaka ini, sehingga banyak kolektor pusaka yang memburu untuk dijadikan sebagai piyandel dalam kehidupan pribadiannya. Pamor Pendaringan Kebak adalah pamor yang tidak pemilih tuahnya adalah yaitu ketentraman rumah tangga, karier, memudahkan datangnya rezeki, dan juga sebagai penolak bencana.

Ada rasa/minat/Jodoh :
Inbox
Griya Pusaka Jawa
SMS/Tlp : 085236028323

Salam Budaya

Keris Pusaka Kyai Sabuk Inten

Keris pusaka yang terkenal serta legendaris dari zaman peralihan Majapahit dan Demak Bintoro. Keris berluk 11 ini muncul bersama Keris Kiai Nogososro. Dua keris ini disebut-sebut sebagai warisan zaman Majapahit. Keduanya bahkan sering disebut dalam satu rangkaian Nogososro-Sabuk Inten. Tak lain karena kedua keris ini diyakini sebagai sepasang lambang karahayon atau kemakmuran sebuah kerajaan. Nogososro mewakili wahyu keprabon yang hilang dari tahta Demak dan Sabuk Inten mewakili kemuliaan dan kejayaannya.

Banyak versi yang mengungkap tentang legenda Keris Sabuk Inten ini. Namun di zaman modern seperti sekarang, keris berdapur Sabuk Inten lebih menarik minat seseorang untuk memilikinya. Tak lain karena keris tersebut diyakini bisa melancarkan rejeki dan mendatangkan kemuliaan.

Sejak zaman Majapahit, Keris Sabuk Inten memang sudah mewakili golongan bangsawan atau kaum mapan, sehingga diperangi oleh keris Kiai Sengkelat yang mewakili kaum marjinal atau golongan rakyat jelata yang merasa terpinggirkan. Dua keris yang melambangkan situasi perpecahan di masa akhir Majapahit ini lalu memunculkan keinginan untuk bersatu padu yang juga dimanifestasikan dalam bentuk keris, Kiai Condong Campur.

Mpu Djeno mengatakan, jenis pamor yang multi dan makna itu kemudian dipertegas dengan jumlah luk-nya. Luk 11 pada intinya merupakan lambang kedinamisan dan semangat pantang menyerah untuk menggapai tujuan. Dengan demikian, Keris Sabuk Inten dengan luk 11 menjadi tegas makna dan sebagai keris yang berperbawa besar untuk sebuah kemuliaan atau kejayaan dan semangat pantang menyerah.

Ada rasa/minat/Jodoh :



Inbox
Griya Pusaka
SMS/Tlp : 085236028323

Salam Budaya